Bagi sebagian orang, mungkin sudah mengenal istilah blue chip. Pasalnya, saham blue chip adalah saham-saham dari suatu perusahaan dengan reputasi yang tinggi, baik di skala nasional atau internasional sekalipun.

Biasanya, saham blue chip lebih banyak digandrungi oleh investor pemula. Sebab, saham unggulan di Bursa Efek Indonesia (BEI) jenis ini dinilai cenderung cukup aman.

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, saham merupakan salah satu jenis instrumen investasi yang sangat masyarakat Indonesia minati. Adanya saham ini, masyarakat dapat meraih keuntungan untuk memperkuat kondisi finansialnya.

Untuk itu, sebelum menggali keuntungannya, lebih baik Propers memahami dahulu apa itu saham blue chip. Ayo simak pemaparan yang telah Minpro kumpulkan berikut!

Pengertian Saham Blue Chip

Blue chip sendiri adalah istilah yang berasal dari permainan poker. Di aman chip yang memiliki nilai tertinggi berwarna biru. Sedangkan dalam dunia saham, blue chip menunjuk pada saham-saham di perusahaan mapan dan terkemuka.

Sehingga, saham blue chip artinya adalah jenis saham yang berisi emiten-emiten dengan kondisi keuangan prima dan memiliki pendapatan yang relatif stabil.

Saham Blue Chip atau biasa disebut sebagai saham lapis satu adalah jenis saham dengan kapasitas pasar yang cukup besar, bahkan mencapai di atas angka Rp 10 triliun.

Awalnya, istilah blue chip diperkenalkan pertama kalinya oleh Oliver Gingold. Pada saat itu, Gingold melihat adanya tren di masyarakat yang tertarik pada saham-saham yang memiliki harga berkisaran USD 200 hingga USD 250.

Berkat kepekaannya, akhirnya Gingold mengelompokkan saham yang bervaluasi tinggi dengan istilah saham blue chip. Oleh karena itu, hingga kini penggunaan istilah blue chip sering digunakan untuk menamai saham-saham unggulan di BEI.

Ciri-Ciri Saham Blue Chip

Saham blue chip memiliki beberapa ciri-ciri, seperti:

1. Nilai Kapitalisasinya Besar

Ciri yang pertama yaitu nilai kapitalisasinya besar. Artinya, harga perusahaan jika dibeli secara utuh memiliki kapitalisasi yang besar hingga mencapai angka lebih dari Rp 40 triliun.

Dalam pengelolaannya, saat kapitalisasi sudah di atas Rp 10 triliun sudah termasuk besar. Sedangkan untuk kapitalisasi di angka Rp 500 miliar sampai Rp 10 triliun, saham itu termasuk saham lapis dua. Selanjutnya untuk harga di bawah Rp 500 miliar, akan masuk dalam kategori saham lapis tiga.

2. Dividen Konsisten

Ciri kedua adalah adanya pembagian dividen yang rutin bagi para investornya. Dividen sendiri artinya sebagai bentuk apresiasi dari perusahaan atas segala dukungan dari para investornya.

Sebagai contoh, laba yang telah perusahaan hasilkan, kemudian dalam kurun waktu 10 tahun secara konsisten akan perusahaan berikan kepada para pemegang saham atau investornya. 

3. Pemimpin di Sektor Industrinya

Ciri-ciri selanjutnya yaitu perusahaan yang ada dalam saham ini merupakan pemimpin di sektor industrinya. Hal ini lantaran banyak dari produk tersebut yang sudah terkenal dalam skala nasional maupun internasional. 

4. Kinerja Perusahaan Solid

Ciri keempat dilihat dari kinerja perusahaan yang solid. Kinerja perusahaan yang bagus ini salah satunya dari segi keuangannya. Baik itu memiliki sedikit uang maupun tidak memiliki uang sama sekali.

Dengan begitu, perusahaan akan mencatat keuntungan atau pertumbuhan setiap tahunnya dan mampu bertahan walaupun keadaan ekonomi sedang krisis sekalipun.

5. Ramai Diperdagangkan

Saham jenis ini cukup menjamur di masyarakat, baik itu perorangan maupun lembaga yang memiliki serta memperdagangkannya. Maka dari itu, tak heran jika saham ini masuk dalam kategori teraktif di BEI dan indeks LQ45.

Sebagai informasi, LQ45 adalah indeks yang berisi saham likuid atau saham yang sedang ramai perusahaan perdagangkan ini, rata-rata saham blue chip ada pada indeks tersebut.

Jenis-Jenis Saham Blue Chip

Di bawah ini, telah Minpro kumpulkan jenis-jenis saham yang termasuk kategori blue chip adalah:

  • Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)
  • Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
  • Aneka Tambang Tbk (ANTM)
  • Bank Jago Tbk (ARTO)
  • Astra International Tbk (ASII)
  • Bank Central Asia Tbk (BBCA)
  • Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
  • Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
  • Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)
  • BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN)
  • Bank Mandiri Tbk (BMRI)
  • Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS)
  • Barito Pacific Tbk (BRPT)
  • Bukalapak.com Tbk (BUKA)
  • Charoen Pokphand Indonesia (CPIN)
  • Elang Mahaka Teknologi Tbk (EMTK)
  • Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)
  • XL Axiata Tbk (EXCL)
  • GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)
  • H.M Sampoerna Tbk (HMSP)
  • Harum Energy Tbk (HRUM)
  • Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
  • Vale Indonesia Tbk (INCO)
  • Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
  • Indika Energy Tbk (INDY)
  • Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP)
  • Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
  • Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
  • Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)
  • Kalbe Farma Tbk (KLBF)
  • Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
  • Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
  • Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA)
  • Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)
  • Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
  • Bukit Asam Tbk (PTBA)
  • Semen Indonesia Tbk (SMGR)
  • Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
  • Timah Tbk (TINS)
  • Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
  • Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
  • Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)
  • United Tractors Tbk (UNTR)
  • Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
  • Wijaya Karya Tbk (WIKA)

Keuntungan Saham Blue Chip

Setelah mengetahui pengertian, ciri, dan jenisnya. Belum lengkap rasanya jika Propers belum mengetahui keuntungannya. Intip pemaparannya di bawah ini:

1. Harga yang Relatif Stabil

Harga yang relatif stabil menjadi salah satu hal yang membuat jenis saham ini menarik minat para investor.

Stabil di sini maksudnya tidak mudah naik dan turun dalam waktu yang singkat. Sebab, rata-rata perusahaan blue chip punya kapitalisasi pasar yang cukup besar.

2. Telah Diversifikasi

Saham blue chip telah diversifikasi. Diversifikasi sendiri adalah membagi dana investasi dalam beragam saham.

Tujuannya supaya bisa menutupi kerugian saat salah satu saham yang investor beli sedang anjlok. Dengan demikian, saham yang lainnya tetap terjaga atau justru malah untung.

3. Lebih Aman

Terakhir, saham blue chip sudah pasti lebih aman untuk para investornya. Sebab, saham tidak akan kehilangan terlalu banyak saat mengalami penurunan pasar. Namun, perusahaan yang sudah berpengalaman ini tentu akan mengatasi jenis krisis dan mampu perlahan bangkit.

Baca Selengkapnya: 3 Strategi Memulai Investasi Saham untuk Pemula

Penulis: Dhea Alvionita