Pada dasarnya, BEP adalah singkatan dari Break Even Point atau dikenal dengan balik modal. Untuk artinya sendiri yaitu tolak ukur yang seseorang gunakan ketika hendak melakukan investasi maupun memulai bisnis.

Lantas apa saja yang menjadi tolak ukur dari BEP? Simak artikel ini ya Propers, karena Minpro akan memaparkan pembahasan lebih dalam seputar Break Even Point!

Definisi BEP (Break Even Point)

Umumnya, BEP adalah titik impas antara pendapatan dan modal sama, tidak terjadi kerugian ataupun keuntungan. Total keuntungan dan kerugian ini ada di posisi 0 (nol).

Melansir dari Bankrate, BEP adalah titik impas yang  mengacu pada jumlah pendapatan untuk menutup total biaya yang telah dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa BEP terjadi jika perusahaan dalam proses produksi menggunakan biaya tetap namun hasil penjualannya dapat menutup biaya tetap dan variabel.

Komponen BEP (Break Even Point)

Terdapat beberapa komponen penting yang harus ada di dalam perhitungan Break Even Point, komponen itu meliputi:

  • Biaya tetap (fixed cost): biaya yang tetap terhitung walaupun bisnis sedang mengalami penurunan atau tidak. Contohnya gaji karyawan tetap, bunga bank, biaya sewa tempat, dan lainnya.
  • Biaya variabel (variabel cost):biaya yang nominalnya bisa saja berubah sesuai kondisi tertentu. Misalnya untuk bahan baku, upah lembur, biaya listrik, air, hingga BBM.
  • Harga jual (selling price): harga yang perusahaan keluarkan untuk menjual barang hasil produksi per unitnya. Harga ini tercetus setelah semua biaya dijumlahkan.
  • Pendapatan (revenue): total uang dari hasil penjualan.
  • Laba (profit): sisa pendapatan dikurangi biaya tetap dan biaya variabel dalam satu periode tertentu.

Tujuan BEP (Break Even Point)

Adapun tujuan dari BEP itu sendiri demi keberlangsungan bisnis yaitu seperti:

1. Menentukan Volume Produksi

Tujuan pertama yaitu dapat menentukan volume produksi. Setelah mengetahui nilai Break Even Point, secara otomatis Propers dapat menentukan volume kapasitas produksi atau laba yang akan perusahaan dapat.

2. Menentukan Langkah Kerja

Tujuan berikutnya yaitu menentukan langkah kerja apa yang akan diambil kedepannya. Sebagai contoh, mangganti para tenaga kerja dengan mesin. Namun, hal ini akan mempengaruhi biaya produksi dan variabel.

3. Mengetahui Perubahan Laba

Selanjutnya adalah untuk mengetahui perubahan laba jika ada perubahan pada harga produk. Hal ini karena nilai Break Even Point harus seimbang dengan harga produk dengan laba yang perusahaan peroleh.

Jika salah stau unsur mengalami peningkatan, maka nilai lainnya akan ikut meningkat. Sebaliknya pun begitu pula.

4. Memperhitungkan Kerugian yang Terjadi

Tujuan terakhir ialah supaya dapat memperhitungkan kerugian yang terjadi. Saat Propers sudah mengetahui nilai Break Even Point, kemudian kamu dapat mengantisipasi terjadi kerugian jika ada penurunan pada penjualan produk.

Faktor yang Mempengaruhi BEP (Break Even Point)

Sebagai informasi, suatu perusahaan atau bisnis harus menghitung Break Even Point agar mengetahui target minimum penjualan. Tujuan utamanya yaitu demi menutupi biaya produksi.

Di sisi lain, Break Even Point bisa saja meningkat ataupun menurun, hal ini tergantung dari faktor-faktor berikut:

1. Peningkatan Penjualan Pelanggan

Ketika sedang terjadi peningkatan penjualan ke pelanggan, permintaan akan meningkat pula. Dalam hal ini, suatu perusahaan harus siap memproduksi lebih banyak lagi demi terpenuhinya permintaan pelanggan.

Selain aktivitas produksi menjadi meningkat, nilai Break Even Point pun ikut mengalami kenaikan untuk menutupi biaya tambahan produksi tersebut.

2. Kenaikan Biaya Produksi

Kenaikan biaya produksi juga bisa mempengaruhi terjadi peningkatan pada Break Even Point. Menyadari tingginya permintaan produk, maka biaya variabel pun ikut meningkat.

Tak hanya biaya produksi, biaya yang naik akibat hal ini yakni harga bahan baku, gaji karyawan, biaya sewa gedung, maupun biaya utilitas yang melambung tinggi.

3. Perbaikan Peralatan Produksi

Faktor terakhir adalah perbaikan peralatan produksi. Seiring terus bertambahnya permintaan produk, Propers harus mengejar target tersebut sesuai waktu yang sudah ditentukan.

Lantaran terus memproduksi, mesin bisa saja gagal beroperasi akibat kerusakan. Sehingga hal ini juga berujung meningkatkan biaya operasional lebih besar.

Dapatkan update artikel informatif lainnya seputar properti, investasi, hingga finansial dari blog Propertree.co.id. Selamat membaca!

Baca Selengkapnya: Break Even Point: Definisi, Rumus, dan Manfaatnya!

Penulis: Dhea Alvionita