Beberapa bulan belakangan ini media sosial dihebohkan dengan istilah quiet quitting. Istilah ini erat kaitannya dengan dunia pekerjaan. Istilah ini dipopulerkan oleh seorang influencer TikTok di Amerika. Seorang dengan akun @zaidleppin ini mengunggah video dan dengan lantang mengatakan bahwa “bekerja bukanlah kehidupanmu”.
Pengertian Quiet Quitting
Quiet Quitting adalah sikap yang diambil oleh seorang pekerja untuk berhenti melakukan pekerjaan atau usaha ekstra dalam berbagai pekerjaan yang digelutinya. Biasanya orang-orang melakukan usaha ekstra dalam pekerjaannya sebagai upaya untuk membuat bos atau atasan terkesan. Akan tetapi orang yang melakukan ini masih bekerja dalam kesehariannya, akan tetapi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya saja.
Pekerja tidak akan bersusah payah melakukan usaha-usaha ekstra seperti bekerja lembur, demi membuat bos atau atasannya terkesan. Ide dari quiet quitting ini juga tidak ada hubungannya dengan berhenti dari pekerjaan yah. Hanya bekerja sesuai dengan standarnya saja tanpa ada embel-embel usaha lainnya.
Pemicu Quiet Quitting
Penyebab terjadinya hal tersebut karena banyaknya pekerja di usia muda yang mulai bosan lantaran waktu kerjanya melebihi batas sewajarnya akan tetapi tidak mendapatkan pengakuan atau kompensasi atas kerja ekstranya. Hal ini mulai pekerja muda rasakan sejak pandemi Covid-19 berlangsung.
Para pekerja muda ini menyadari bahwa yang mereka butuhkan bukan bekerja dengan usaha yang ekstra melainkan bekerja dengan memperhatikan keseimbangan hidup yang mereka jalani.
Tren quiet quitting ini kemudian menjadi opsi yang bisa dilakukan para pekerja dalam upaya menciptakan batasan profesional dalam pekerjaan mereka. Biasanya tren ini juga dianggap sebagai solusi ketika pekerja belum siap untuk resign, tetapi masih membutuhkan pekerjaan.
Dampak Quiet Quitting
Sayangnya tren quiet quitting ini tidak diaminkan banyak orang. Ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan tren ini. Mereka yang tidak setuju beranggapan bahwa kamu tidak akan berhasil menerapkan pola pikir ini di tempat kerjamu. Tren ini dipercaya hanya melakukan usaha minimal di tempat kerja, lalu puas dengan pencapaian dan keadaan yang biasa-biasa saja.
Padahal perusahaan akan maju dan memberikan kenaikan gaji pada karyawan yang memiliki tingkat usaha yang progresif. Sehingga karyawan yang memiliki pola pikir seperti itu akan kesulitan untuk mendapatkan kenaikan gaji dan apresiasi dari perusahaan.
Terlepas dari pro kontra tren quiet quitting ini, sebagai karyawan atau pekerja, ada baiknya jika kamu melakukan evaluasi pada hasil kerja kamu. Kamu butuh untuk memikirkan secara mendalam dan sebaik-baiknya apa tujuan awal dari bekerja yang kamu inginkan.
Sebagai karyawan muda, tidak serta merta kamu bisa mengadopsi tren ini, apalagi kalau pekerjaan kamu selama ini tidak menuntut kamu bekerja ekstra seperti lembur pada malam hari.
Pastikan kamu memiliki kesehatan finansial yang mumpuni sehingga bisa memperoleh tabungan dan kepastian finansial yang baik untuk masa pensiunmu kelak. Terakhir, jangan lupa hargai dirimu sebelum kamu berharap agar dihargai oleh orang lain.
Baca Selengkapnya: 9 Kunci Hidup Tenang dan Bahagia