Jika berbicara mengenai investasi, tentunya istilah divestasi bukanlah suatu hal yang baru. Akan tetapi, bagi orang awam, istilah tersebut sangatlah membingungkan. Lantas, apa yang dimaksud dengan divestasi?

Diketahui, divestasi adalah kebalikan dari investasi yang artinya penarikan dana atas aset yang investor miliki untuk tujuan tertentu. Nah, kalau Propers ingin mengetahui pembahasannya lebih lanjut, yuk simak di artikel Propertree berikut.

Pengertian Divestasi

Dikutip Minpro dari berbagai sumber, divestasi adalah pengurangan atas sejumlah aset untuk meraih keuntungan yang jauh lebih tinggi. Adapun salah satu caranya yaitu dengan menarik sejumlah aset ketika harganya tengah melonjak.

Sederhananya, strategi ini memungkinkan investor untuk menarik asetnya dengan cermat demi mendapatkan profit yang jauh lebih besar. Meski begitu, divestasi bukan berarti merupakan suatu hal yang merugikan.

Contoh divestasi yaitu menjumlah beberapa lot saham yang harganya tengah melonjak. Tujuannya supaya investor bisa mengurangi aset dan mendapatkan laba yang semakin besar.

Tujuan Divestasi

Pada umumnya, tujuan utama divestasi adalah memperoleh keuntungan yang lebih atas penarikan suatu aset investasi. Lebih dari itu, ada beberapa tujuan lain yang harus Propers ketahui, seperti:

1. Mengurangi Pengeluaran

Teruntuk investor, strategi ini diambil untuk mengurangi pengeluaran yang berlebihan dari banyaknya jumlah aset yang ada. Pengeluaran di sini artinya biaya untuk perawatan, pajak, dan sebagainya.

2. Meminimalisasi Kerugian

Lantaran investasi tidak semuanya membuahkan hasil yang positif, maka langkah ini investor lakukan dengan harapan bisa meminimalisasi kerugian.

3. Pengorbanan Efisiensi Jangka Panjang

Pastinya, setiap investor menginginkan laba yang besar dari hasil investasi. Selain bisa melakukan diversifikasi investasi, investor perlu melek kapan waktu yang tepat untuk mengorbankan beberapa aset miliknya.

Sebelum itu, alangkah baiknya lakukan divestasi terlebih dahulu. Sebab, di sini investor harus memastikan perhitungannya secara akurat agar mengetahui risiko yang akan ia hadapi.

Dampak Divestasi Untuk Investor

Di bawah ini merupakan dampak dari strategi divestasi wajib investor antisipasi, antara lain meliputi:

1. Dana Investasi Kembali

Dampak pertama adalah investor akan mendapatkan dana investasi kembali. Tak hanya itu, dana tersebut bisa saja menghasilkan keuntungan lebih jika diinvestasikan ke aset lainnya.

Misalnya, Propers mendivestasikan saham saat harga tinggi. Setelah menariknya, uang tersebut bisa Propers gunakan untuk membeli properti di Gethome karena harganya mengalami kenaikan setiap tahunnya.

2. Kehilangan Hak Atas Suatu Perusahaan

Dampak berikutnya yaitu kehilangan hak kepemilikan atas suatu perusahaan tertentu. Saat investor menarik saham yang mereka miliki, hak atas kepemilikan perusahaan secara otomatis akan tercabut pula.

3. Pendapatan Berkurang

Hilangnya hak atas perusahaan, dividen pun juga bisa menghilang. Sehingga, pendapatan investor pun semakin berkurang pula.

Ketika investor menarik sahamnya, pendapatannya kian menghilang. Dengan begitu, investor pun kehilangan sumber passive income nya.

4. Memicu Redistribusi Aset

Supaya bisa memutar kekayaan, aset yang investor tarik bisa mereka manfaatkan untuk kegiatan produktif. Contohnya untuk memulai usaha angkringan kekinian. Sehingga keuntungan pun bisa kembali didapat.

Metode Divestasi

Dalam praktiknya, kegiatan ini dapat Propers lakukan dengan empat metode, yakni:

1. Metode Direct Selling

Metode pertama yaitu direct selling yang paling populer karena mudah digunakan oleh berbagai kalangan. Beberapa aktivitas direct selling misalnya penjualan saham, unit bisnis, aset perusahaan, dan lainnya.

2. Metode Spin Off

Kedua, metode spin off yang artinya mencampur suatu divisi menjadi entitas lain secara terpisah. AKan tetapi, entitas ini masih menjadi bagian dari perusahaan induk.

Melalui metode ini, keuntungan yang akan investor lain bukan berupa uang tunai, tetapi efisiensi biaya.

3. Metode Carve Out

Selanjutnya ialah metode carve out. Di mana perusahaan induk akan melepaskan cabang miliknya untuk berdiri menjadi entitas terpisah. Jadi, entitas baru itu tidak berkaitan lagi dengan perusahaan sebelumnya.

Setelah itu, cabang perusahaan yang sudah menjadi entitas baru bisa menjual sahamnya ke publik. Namun, harus bisa berdiri sendiri dengan branding yang kuat.

4. Metode Tracking Stock

Metode terakhir dengan cara tracking stock. Dalam hal ini, cabang perusahaan yang telah dilepas tidaklah sepenuhnya terpisahkan. Sebab, kepemilikan terbesar unit bisnis menjadi entitas baru itu masih di bawah naungan perusahaan induk.

Nah Propers, itulah pembahasan mengenai strategi divestasi yang sering investor gunakan. Simak pembahasan seputar investasi lainnya hanya di blog Propertree!

Baca Selengkapnya: Properti Investasi: Keuntungan Pendapatan di Masa Depan

Penulis: Dhea Alvionita